Women For ICT: Peran Perempuan dalam Kemajuan TIK di Indonesia

Jakarta - Stigma bahwa sektor TIK didominasi oleh pria seringkali muncul akibat kurangnya popularitas tokoh perempuan dalam dunia TIK. Segregasi gender pada dunia TIK pada awalnya muncul karena pembangunan jaringan telekomunikasi analog yang memerlukan kekuatan fisik sehingga keterlibatan perempuan masih relatif kecil. Meskipun tidak sepopuler tokoh pria, padahal banyak tokoh-tokoh perempuan di bidang TIK yang muncul dan menunjukkan kapabilitasnya.  Memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-75, Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) bekerja sama dengan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) mengadakan diskusi panel dengan tema Women For ICT: Peran Perempuan dalam Kemajuan TIK di Indonesia, Kamis (10/09) secara virtual.

Diskusi panel ini dihadiri oleh narasumber yang merupakan para tokoh perempuan yang konsen dalam bidang TIK baik di swasta maupun pemerintahan, di antaranya Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana, KemenPAN/RB, Rini Widyantini, Wakil Sekretaris Tim Pelaksana Wantiknas sekaligus Staf Ahli Bidang Transformasi Digital, dan SDM, Kemenko Bidang Perekonomian, Mira Tayyiba, Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak, Kota Tangerang Selatan, Irma Safitri, Direktur Tata Kelola Aplikasi Informatika Dirjen APTIKA, Kemenkominfo, Mariam F Barata, Kepala Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi, BPPT, Novi Turniawati, Anggota Tim Pelaksana Wantiknas yang juga Direktur Utama PT. Dama Persada, Sylvia E Sumarlin, Ketua Dewan Profesi dan Asosiasi MASTEL, Betti Alisjahbana, Anggota Dewan Pengawas PANDI, Helni Mutiarsih, dan Anggota Dewan Profesi dan Asosiasi MASTEL, Koesmarihati. 

Dikatakan Ketua Tim Pelaksana Wantiknas, Ilham A. Habibie dalam sambutannya bahwa kesetaraan gender bukan hanya hak dan kewajiban semata, namun ada unsu-unsur untuk tetap berinovasi dengan tidak memandang gender. “Ini adalah satu hal sangat penting untuk masa depan dunia, karena kesetaraan gender bukan sekedar hak dan kewajiban, tetapi memaksimalkannya dengan menggunakan talenta yang ada untuk bersama-sama mencari solusi dan berinovasi tanpa ada hambatan kesetaraan gender,” katanya penuh semangat.

“Bahwa peran perempuan dalam kemajuan TIK sebetulnya bagaimana menggunakan teknologi itu sebagai dasar untuk inovasi. Semoga gerakan ini bisa berlanjut, sehingga banyak wanita cemerlang di bidang teknologi khususnya TIK,” lanjut Ilham.
 
Dalam diskusi panel tersebut, Staf Ahli Bidang Transformasi Digital, dan SDM, Kemenko Bidang Perekonomian, Mira Tayyiba mengungkapkan ketertarikannya pada bidang teknologi sejak duduk di bangku sekola dasar dan hingga saat ini dirinya berkontribusi dan berinovasi pada sektor teknologi khususnya di pemerintahan. Ia juga memandang bahwa pemberdayaan perempuan secara umum dapat terbagi dua yaitu dengan menggunakan digital maupun pemberdayaan perempuan di sektor digital, dengan mencontohkan seperti keberhasilan UMKM yang memanfaatkan sektor digital.

“Saya melihat sendiri bagaimana UMKM yang dikomandai oleh wanita bisa tumbuh dan berkembang dengan bantuan digital. Misalnya pisang goreng Bu Nani,” ujar Mira yang juga Wakil sekretaris Tim Pelaksana Wantiknas. 

Sementara itu, Anggota Tim Pelaksana Wantiknas, Sylvia E Sumarlin, menceritakan pengalamannya terkait kiprahnya dalam menggeluti bidang teknologi sejak 25 tahun silam. Dirinya juga mengajak para perempuan agar tidak skeptis untuk terjun di bidang teknologi.

“Janganlah berpandangan bahwa dunia IT itu sulit, jangan melihat wanita tidak pantas di bidang teknologi. Karena sebetulnya rekan-rekan di IT juga memandang kita tidak sebagai wanita, tetapi apakah kita mampu. Jadi tidak ada pandangan gender dalam dunia IT dan 25 tahun lamanya saya tetap ada di dunia ini,” tutupnya.
 

Beri rating artikel ini:

https://github.com/igoshev/laravel-captcha

Berita Terbaru

Berita terbaru dari Wantiknas