Mempersiapkan Talenta Digital Indonesia

Dunia tengah bergerak menuju era industri 4.0 yang akan lebih banyak menggunakan teknologi digital.  Menurut Menteri Perindustrian di Era Kabinet Kerja, Airlangga Hartarto, Indonesia saat ini telah mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam tahap industri 4.0 dan melakukan langkah transformasi digital. “Revolusi Industri 4.0 merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri, di mana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama,” kata Airlangga pada media Oktober 2019 lalu.

Bukan hanya pemerintah, seluruh stakeholder di Indonesia berupaya mengembangkan berbagai inovasi sebagai bagian dari strategi transformasi digital, melakukan perubahan menyeluruh atas setiap proses, kompetensi, dan model bisnis dengan implementasi teknologi digital, sejalan dengan rekomendasi berbagai lembaga riset global yang menjadikan transformasi digital sebagai pengarusutamaan organisasi dalam memenangkan persaingan global. Walaupun dianggap memiliki potensi yang besar, Indonesia juga memiliki beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan guna memantapkan transformasi digital yang sedang dilaksanakan. Menurut Ketua Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional (Wantiknas) Ilham Habibie, ada beberapa kendala dalam pengembangan TIK di Indonesia saat ini. Kendala tersebut adalah belum meratanya infrastruktur dan minimnya kompetensi SDM, serta lemahnya koordinasi antar pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Maka dibutuhkan pengembangan SDM TIK yang unggul.

“Pengembangan SDM itu dilakukan dengan melakukan penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang TIK. Selanjutnya, standarisasi dan penyeragaman skema sertifikasi kompetensi yang mengacu pada Peta Okupasi TIK Nasional,” paparnya dalam simposium Koordinasi dan Sinergi Multi – Stakeholder TIK : Transformasi Digital untuk Indonesia Maju di Era 4.0 pada Desember 2019 silam. 

Kebutuhan SDM atau talenta digital Indonesia, Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) kerap melakukan kajian-kajian seputar hal tersebut. Seperti pada awal Juli kemarin, bekerja sama dengan Telkom Corporate Unviersity, Wantiknas menggelar Expert Insigth Series #9 dengan tema “Menyiapkan Sumber Daya Manusia untuk Transformasi Digital, Jumat (3/07) secara virtual. Diskusi yang menghadirkan anggota tim pelaksana Wantiknas Garuda Sugardo, Zainal A. Hasibuan, dan Ashwin Sasongko yang sebagai expert untuk persoalan sumber daya manusia dan transformasi digital. 

Anggota Tim Pelaksana Wantiknas, Garuda Sugardo mengatakan bahwa perkembangan TIK yang mengarah kepada terjadinya transformasi digital suatu bangsa, harus diarahkan kepada pencapaian tujuan berbangsa dan negara. “Jadi kalau kita berbicara transformasi digital maka untuk bangsa dan negara, oleh karena itu Wantiknas tupoksinya baru adalah merumuskan kebijakan umum dan arahan strategis pembangunan nasional melalui transformasi digital, melakukan koordinasi nasional dengan instansi pemerintah pusat daerah, BUMN/BUMD, dunia usaha dan lembaga profesional dan masyarakat untuk pelaksanaan transformasi digital,” papar Garuda.

Sementara itu, anggota Tim Pelaksana Wantiknas, Zainal A. Hasibuan menyampaikan kesiapan sumber daya manusia di era digital. Menurutnya, era 4.0 sudah banyak dibicarakan namun aksinya masih minim, apalagi saat ini berhadapan dengan Covid-19. “Kita tidak bisa menampik generasi berikutnya, pencari kerja bertambah terus sementara lapangan pekerjaan bukan bertambah malah berkurang. Kita memasuki era 4.0 sebagaimana kita ketahui sudah banyak kita bicarakan tapi aksinya belum terasa. Datangnya Covid-19 kita dipaksa beralih ke digital,” jelasnya. 

Untuk memenuhi standar kualifikasi yang dibutuhkan dalam era industri 4.0, Anggota Tim Pelaksana Wantiknas yang juga Ketua Aptikom ini mendorong agar segera dilakukan transformasi digital di sektor pendidikan berkaitan dengan kebijakan online learning yang dipertegas, kultur dan digital mindset dibanding dengan keteladanan, adanya insentif jangka panjang kepada institusi pendidikan seperti server service (cloud services), bandwidth, dan beri insentif pada recognition ke pembuat konten digital.

Tak hanya pada persoalan di atas, Zainal mengungkapkan bahwa konten positif di Indonesia sangat minim. “konten bervariasi sangat minim. Mudahmudahan dengan transformasi digital kita utamakan konten. Bukan hanya konten pembelajaran game ke luar negeri, membeli konten luar negeri bekerja sama dengan pendidikan online kita. Seharusnya kita gunakan momentum ini untuk memperkuat kelemahan kita,” ungkapnya.

Beri rating artikel ini:

https://github.com/igoshev/laravel-captcha

Berita Terbaru

Berita terbaru dari Wantiknas