IoT di Indonesia dan Peta Jalan ke Depan

Jakarta - Perkembangan IoT di dunia saat ini tak dapat ditampik banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Selain itu, IoT juga merupakan sebuah peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Indonesia sebagai negara dengan tingkat pertumbuhan pemakai internet yang tinggi tentu juga akan terdampak oleh tren teknologi ini, seberapa kita siap? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Wantiknas menggelar diskusi TIK-Talk #8 yang mengangkat tema “IoT di Indonesia dan Peta Jalan ke Depan” dengan mengundang para stakeholder baik dari asosiasi, akademisi maupun pemerintah (24/07).


Sebagai pembukaan, Sekretaris Tim Pelaksana yang juga Dirjen SDPPI Kemenkominfo Ismail, menyatakan bahwa Keberadaan IoT menjadi peluang sebagai reborn untuk revenue baru khususnya untuk industri telko. Selain itu, Keberadaan IoT membantu industri untuk melakukan efisiensi cost, dan diharapkan terjadi kolaborasi dengan akademisi dalam bentuk penelitian dan riset. Apa yang dinyatakan oleh Ismail ini diamini oleh seluruh peserta yang hadir, semua sepakat bahwa IoT adalah sebuah keniscayaan dan akan memberikan keuntungan dan manfaat baik bagi industri maupun masyarakat. Namun ada beberapa catatan yang muncul dari diskusi ini, mulai dari kendala bea cukai, insentif bagi industri, hingga peran pemerintah sebagai regulator, accelerator, fasilitator.


Menjawab hal tersebut, Ismail mempersilakan para pelaku industri untuk mendata semua secara spesifik komponen apa yang perlu dibantu untuk dapat dibahas dengan Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai. Sementara Program Kemenkominfo sebagai akselerator di industri manufacturing sejauh ini akan melakukan roadshow dengan demand side seperti produk IoT yang sudah dapat dijadikan skala produk. “Jika ada usulan yang bertujuan menumbuhkan perekonomian, maka dapat disampaikan ke Kominfo. Kita akan melakukan komunikasi agar industri IoT dapat berkembang.” Tegas Ismail.

Kolaborasi antar Sektor Menjadi Kunci
Dalam diskusi TIK-Talk #8, dikatakan tak hanya mengandalkan pemerintah, para stakeholder di eksosistem IoT juga harus bersinergi satu sama lain. Karena sebagai sebuah teknologi baru, saat ini belum ada yang benar-benar siap sebagaimana yang dinyatakan oleh Director & Chief Innovation and Regulatory Officer Indosat Oroedoo Arief Musta’in. “Kondisi saat ini, belum ada perusahaan yang dapat menyelesaikan persoalan IoTnya sendiri. Industri perlu melakukan co creation dengan membuat secara bersama untuk dapat dimasukan ke dalam pasar. Selain itu, dibutuhkan use cases agar dapat menjadi economics of scale,” jelasnya.


Kolaborasi ini juga menjadi pola yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang yang tengah serius menggarap IoT di daerahnya. Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang, Herman Suryatman, daerahnya membuka peluang untuk bekerjasama dengan semua pihak baik pemerintahan, industri, maupun perguruan tinggi.
“Kita banyak bekerjasama dengan perguruan tinggi. Dengan demikian apa yang tidak mampu kita selesaikan sendiri bisa diselesaikan dengan berkolaborasi bersama mereka. Selain itu, kita juga sangat berterimakasih pada Wantiknas yang telah banyak melakukan pendampingan selama ini,” jelasnya.


Dari diskusi tersebut, disepakati bahwa IoT diharapkan mampu menjadi solusi yang sifatnya kekhususan atau pain problem. Sementara dalam menyelesaikan permasalahan yang ada pada ekosistem IoT, diharapkan dapat dijalankan dengan Co Creation yang melibatkan semuanya. Untuk Wantiknas sendiri diharapkan memberikan arah pengembangan IoT yang dikaitkan dengan Society 4.0 sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang bersifat human centre. Memang benar, internet akan berperan di semua lini kehidupan manusia. Tapi bukan berarti bisa menggantikan manusia sepenuhnya, paling tidak dalam urusan bekerjasama dan niat baik.
 

Beri rating artikel ini:

https://github.com/igoshev/laravel-captcha

Berita Terbaru

Berita terbaru dari Wantiknas