MEANINGFUL BROADBAND WORKING GROUP MEMBAWA BIG DATA DAN E-AGRIKULTUR KE DALAM NEW NORMAL

Dalam merespon serta menanggapi dampak Covid pada masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia, Wantiknas bekerja sama dengan Digital Divide Institute (DDI) berinisiatif untuk mengaktifkan kembali koalisi dari para stakeholder TIK terkemuka bangsa. Koalisi yang disebut Meaningful Broadband Working Group (MBWG), mengawali langkah dengan memasukkan aspek Big Data ke dalam ekosistem “Meaningful Broadband” di kabupaten-kabupaten yang tergolong berpenghasilan rendah untuk mendukung e-agrikultur dan ketahanan pangan.

MBWG dipimpin oleh Ilham A Habibie, Ketua Tim Pelaksana Wantiknas, dan Profesor Craig Warren Smith, Ketua DDI. Pada foto di atas, Craig Warren Smith (lingkaran sebelah kiri) dan Ilham A Habibie (lingkaran sebelah kanan) menghadiri pertemuan Meaningful Broadband Working Group di Jakarta.

Setelah lebih dari satu dekade mendorong partisipasi para stakeholder, MBWG muncul sebagai koalisi yang merepresentasikan organisasi TIK terkemuka di Indonesia yang mencakup semua sektor. Meaningful Broadband difokuskan untuk membentuk ekonomi digital bangsa melalui transformasi digital, sehingga dapat melayani populasi yang sebelumnya tidak terlayani. “Tujuannya MBWG adalah untuk mengaktifkan pendekatan dari bawah ke atas (bottoms-up) dalam inovasi”, kata Ilham Habibie. “Meskipun, 2/3 penduduk Indonesia sebagian besar terlayani dengan baik oleh 'ekosistem broadband', sepertiga terbawah belum terlayani secara memadai,” kata Adie Marzuki, dari Telekomunikasi Desa Indonesia yang merupakan salah satu penyelenggara MBWG.

COVID-19 telah mendorong muculnya prioritas baru, yakni menutup kesenjangan digital (Digital Divide) di Indonesia yang belum terselesaikan hingga saat ini. Anggota MBWG akan bekerja untuk merumuskan kebijakan dan aksi transformasi yang memanfaatkan teknologi baru untuk memberikan seluruh manfaat internet setidaknya bagi sepertiga penduduk berpenghasilan rendah di Tanah Air.

Ketahanan Pangan dan E-agrikultur

Salah satu contoh dari kebutuhan mendesak yang muncul setelah pandemi adalah masalah ketahanan pangan dan e-Agriculture, di mana tantangan utamanya adalah mengatasi inelastisitas penawaran dan permintaan. Di banyak lokasi di pelosok negara, rantai pasokan pangan dan pertanian telah putus, sehingga makanan yang gizinya cukup untuk meningkatkan kekebalan sulit ditemui pada waktu yang tepat dan harga yang tepat di pasar tradisional. Kerangka kerja baru telah muncul di dalam anggota MBWG untuk mempertimbangkan bagaimana pasar ini dapat berfungsi sebagai platform bagi organisasi mikro-kredit, yang terdiri dari anggota keluarga desa yang terkait dengan pertanian skala kecil.

Banyak dari keluarga di desa-desa saat ini dipenuhi oleh anak-anak muda dengan ponsel pintar yang kembali ke rumah setelah dicabut dari pekerjaan mereka di perkotaan karena pandemi. MBWG memanfaatkan hal tersebut untuk mendorong pertumbuhan pekerjaan melalui kredit mikro di sekitar pasar tradisional sebagai proses bisnis antar generasi muda, misalnya dengan melalui pemanfaatan e-commerce ke lokasi sekitarnya. MBWG dapat mendukung perkembangan tersebut dengan kebijakan baru dari kementerian yang memberikan “subsidi cerdas” untuk menghasilkan ribuan lapangan kerja baru.  

Mampukah MBWG Mencegah Kemiskinan?

Menurut Bank Dunia, lebih dari 6 juta rakyat Indonesia telah terjerumus ke ambang kemiskinan sebagai dampak dari COVID-19. Bank Dunia juga mengingatkan bahwa angka ini bisa jadi berlipat ganda di tahun 2021. Untuk mencegah hal ini, walaupun tentunya memiliki tantangan yang sangat besar, namun dalam konteks inilah rumusan solusi yang coba diformulasikan oleh MBWG.

Meaningful Broadband adalah konsep yang telah lama dirintis di Indonesia oleh Digital Divide Institute pada tahun 2006. Pada saat itu, Craig Warren Smith telah berkolaborasi dengan Ilham A. Habibie dan menghasilkan banyak seminar, kajian dan kerjasama yang mengadaptasi konsep tersebut ke berbagai spektrum organisasi pemangku kepentingan di Indonesia. Pada tahun 2019, kolaborasi Digital Divide Institute dan Wantiknas mengadakan pertemuan bersama para stakeholder dalam rangka pembentukkan. Puncaknya pada 26 Juli 2019 di Hotel Borobudur, dimana 24 stakeholder utama bertemu dan setuju untuk bergabung dalam MBWG. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut, ditetapkan bahwa dasar dari program baru MBWG Wantiknas akan aktif melalui rangkaian seminar mendatang pada kuarter ketiga dan keempat tahun 2020.

Adapun calon anggota MBWG yang juga terlibat dalam pertemuan di Hotel Borobudur tahun lalu, dikelompokan ke dalam tujuh sektor berbeda sebagai berikut:

Integrated ministries, termasuk Kantor Presiden (Istana Negara), Bappenas (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Kementerian Keuangan, dan Kementerian Pariwisata.
Line Ministries: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
SOE Sector: Kementerian BUMN, Telkom, BRI, BNI, PLN, dan lain-lain.
Telco Mobile Operators: Telkomsel, XL Axiata dan Indosat Oodredo.
Unicorn: Tokopedia, Bukalapak, Gojek, Grab Indonesia.
Big Tech: Amazon Web Service, Huawei, Microsoft, Google, Facebook.
Intergovernmental Agencies: Bank Dunia, Asian Infrastructure Investment Bank, Asian Development Bank, dan the Food and Agriculture Organization (FAO) dari PBB.

Untuk informasi lebih lanjut seputar Meaningful Broadband dan Meaningful Broadband Working Group-Indonesia, silahkan kunjungi www.digitaldivide.org

Beri rating artikel ini:

https://github.com/igoshev/laravel-captcha

Berita Terbaru

Berita terbaru dari Wantiknas