Roadmap Televisi Edukasi Masuk ke Dalam Kanal Televisi Digital

Jakarta – Pandemi Covid-19 memang telah merubah cara pandang masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai aktivitas beralih secara cepat ke digital, sementara beberapa hal belum mendukung dalam pemanfaatan digital tersebut. Hal ini juga terjadi dalam sektor pendidikan yang saat ini mengharuskan peserta didik untuk belajar dari rumah. Namun, belajar dari rumah tak semerta-merta bertatap virtual dengan pendidik saja, akan tetapi membutuhkan media pembelajaran seperti yang telah disiapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Televisi Edukasi yang pada saat ini belum optimal karena belum bermigrasi ke digital.

Seperti dalam Diskusi TIK-Talk#21: Roadmap Televisi Edukasi Masuk ke Dalam Kanal Televisi Digital, yang diselenggarakan Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas), pada Selasa (04/08) secara virtual. Anggota Tim Pelaksana Wantiknas, Garuda Sugardo mengungkapkan bahwa adanya kebijakan belajar dari rumah apakah sudah didukung oleh fasilitas yang dapat di manfaatkan oleh para peserta didik. Kendati melalui televisi memudahkan, namun kualitas yang kurang bagus sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam rancangan roadmap Televisi Edukasi ke dalam televisi digital.

“Belajar kini terasa mudah bersama Televisi Edukasi, tapi benarkah ini memudahkan dalam belajar. Kita belum tahu, karena televisinya juga barangkali siarannya kurang bagus, siaran digitalnya belum memakai set top box. Inilah permasalahan yang akan kita hadapi, yaitu saat roadmap Televisi Edukasi ke dalam televisi digital. Artinya ada digitalisasi pemancar dan siaran serta acara televisi, device, network, aplikasi, dan juga konten beralih ke digital,” ungkapnya saat membuka acara.

Dalam kesempatan yang sama, hadir sebagai narasumber Kepala Pusat Data dan Informatika, Kemdikbud yang juga Anggota Tim Pelaksana Wantiknas, M. Hasan Chabibie mengatakan ada 11 media pembelajaran daring Kemdikbud, namun ada satu yang menarik yaitu program belajar dari rumah TVRI. “Media pembejalaran daring program belajar dari rumah ini saya katakan menarik karena seperti yang tadi disampaikan adanya keterbatasan kuota, infrastruktur, dan daya beli akhirnya mendorong program ini yang kita kerja samakan dengan TVRI,” katanya.

Hasan juga menuturkan bahwa adanya pentingkatan yang cukup signifkan dengan program tersebut memanfaatkan televisi, di daerah 3T sebesar 22,2%, non 3T 35,9%, dan secara rata-rata nasional 35,5%. “Dari aktivitas ini luar biasa karena peserta didik mulai memanfaatkan televisi. Televisi hari ini mampu menginsiprasi peserta didik, mampu membuat mereka belajar, menyerap informasi dan melahirkan generasi emas,” tuturnya. 

Sementara itu, hadir pula narasumber lain Direktur Penyiaran, Ditjen PPI Kemkominfo, Geryantika Kurnia menjelaskan bahwa sejak tahun 2006 negara-negara lain (Eropa, Afrika, Asia Tengah, dan Timur Tengah) membuat keputusan Bersama untuk menuntaskan ASO paling lambat tahun 2015. Sedangkan negara Asia Tenggara memiliki kesepakatan umum di forum ASEAN untuk menyelesaikan ASO di tahun 2020, termasuk Indonesia. 

Gery menilai bahwa Indonesia saat ini masih menunggu regulasi terkait migrasi televisi analog ke digital bahkan belum dapat dipastikan kapan akan menyelesaikan Analog Switch Off (ASO). “Indonesia menetapkan di awal 2018 tapi sampai saat ini belum terselesaikan ASO,” pungkasnya.

Ia juga berharap diskusi ini akan ada tindak lanjut dalam perumusan roadmap, karena pendidikan memang penting dan perlu didukung. “Lebih baik kolaborasi. Kita harus dukung televisi pendidikan dan kita harus siapkan saluran khusus yang nantinya dikombain dengan isu kesehatan, kebencanaan, dan lainnya,” tutupnya.
 

Beri rating artikel ini:

https://github.com/igoshev/laravel-captcha

Berita Terbaru

Berita terbaru dari Wantiknas