Digital Transformation Virtual Expo 2022 (DTXID 2022) – Day 1 "Pertumbuhan dan Tantangan Transformasi Digital di Indonesia"

SIARAN PERS No. 005/PR/WANTIKNAS/04/2022

Digital Transformation Virtual Expo 2022 (DTXID 2022) – Day 1
Pertumbuhan dan Tantangan Transformasi Digital di Indonesia

Jakarta, 04 Februari 2022 - Digitalisasi telah memberi pengaruh pada hampir semua lini kehidupan mulai dari ekonomi, pendidikan, perdagangan, media, pemerintahan, pekerjaan informasl, seni, agama, sosial politik dsb. Di Indonesia, transformasi digital bisa dilihat dari berbagai sektor, sekaligus sebagai hasil peningkatan penggunaan smartphone dan internet.

“Jadi secara umum industri ini menunjukkan pergerakan ke arah digitalisasi meski belum terselenggara secara merata di berbagai lini. Ini semua terjadi sebagai berkat dari pandemi Covid 19 yang terjadi mulai dua tahun lalu,” ungkap Firlie H. Ganinduto, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Bidang Komunikasi dan Informatika, dalam webinar diskusi bertema ‘Akselerasi Transformasi Digital di Sektor Perdagangan dan Industri, yang diselenggarakan oleh Dewan Teknologi dan Informasi dan Komunikasi Nasional (WANTIKNAS), Rabu (2/2/2022). 

Pertumbuhan positif digitalisasi di Indonesia bisa dilihat dari munculnya start-up digital ekonomi yang telah merambah berbagai macam vertikal bisnis fintech, e-commerce, logistik, new retail, SaaS, OTA, agritech, healthtech, coworking, edtech, insurtech, dan online media. 

“Dan start-up digital itu juga masih disentralisasi di kota-kota metropolitan seperti Jakarta,” tambah Firlie.

Perkembangan ekonomi digital di Indonesia juga bisa dilihat dari segi pertumbuhan, dimana pada tahun 2020 bertumbuh sebesar 11 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut membuat economy digital memberikan kontribusi sebesar Rp619 triliun bagi perekonomian Indonesia. Bahkan, diprediksi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai $124 Milyar. 

“Jadi ekonomi digital ini memberikan akses yang lebih luas produktivitas yang meningkat sehingga pada akhirnya memberikan dampak positif bagi pekerja, perusahaan atau lembaga,” jelasnya. 

Menurut Firlie, teknologi berperan dalam kemajuan industri karena memberikan manfaat kemudahan akses informasi, penghematan waktu dan pengeluaran, inovasi dalam berbagai bidang serta kemudahan komunikasi lainnya.

Dari sejumlah sektor ini, lanjut Firlie, terdapat sejumlah sektor seharusnya diberi prioritas dalam transformasi digital di Indonesia, antara lain transportasi, pariwisata digital, perdagangan digital, jasa keuangan digital, media hiburan digital, pertanian dan perikanan digital.

“Saya ingin menitikberatkan pada perkembangan di sektor perdagangan pasca pandemi yaitu khususnya di ekonomi digital dimana kenaikan pertumbuhannya ini sangat signifikan di tahun 2021 tumbuh dibukukan Rp400 triliun data dari BI dimana tahun 2020 dibukukan sekitar Rp240 triliun jadi hampir dua kali lipat.”

Firlie juga secara khusus menyoroti perkembangan pesat di sektor industri transportasi berbasis online, seperti halnya e-commerce, dimana terjadi lonjakan yang cukup signifikan.

Sektor lain adalah industri kesehatan yang menjadi faktor keberhasilan pemerintah dalam penanganan Covid-19. Lalu ada sektor makanan dan minuman dengan mengadopsi teknologi 4.0 seperti human machine interface, kemudian pertanian dan perikanan yang juga sudah menggunakan e-agriculture untuk para petani. 

Meski memiliki perkembangan positif dan mendukung perekonomian nasional, bila dilihat dari sisi inklusivitas transformasi digital di Indonesia ini dapat dikatakan belum inklusif terhadap masyarakat yang tinggal di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal).

Menurutnya, faktor penghambat penetrasi internet yang merata adalah faktor geografi, kultural, urgensi politis dan modal manusia. Tiga yang mendasar yang dibutuhkan untuk mendukung infrastruktur digital adalah infrastruktur, regulasi dan ekosistem.

Dikatakan Firlie, terdapat 3 tantangan transformasi digital di Indonesia. Pertama, terkait dengan infrastruktur dan keamanan informasi, mencakup masalah disrupsi informasi, penipuan, pornografi, hoaks, dan lebih banyak produk yang diimpor. 

Tantangan kedua adalah cyber crime atau cyber security, potensi penyalahgunaan jaringan secara tidak sah, peningkatan malware seluler, peningkatan popularitas perangkat IoT, potensi ransomware yang menargetkan pelaku bisnis, serangan fishing. Ada juga aktivitas hack, dronejacking dan rekayasa sosial yang masih terjadi di media sosial.

Tantangan ketiga terkait digital talent, mencakup keterbatasan tenaga kerja digital, literasi digital yang belum meluas, alih teknologi yang masih terbatas, celah yang terlalu besar antara keterampilan yang dihasilkan sektor pendidikan formal dengan kebutuhan dunia usaha. 

“Ini adalah hal yang perlu kita perhatikan sebagai prioritas tantangan, karena hal ini disebabkan oleh rendahnya literasi digital dan faktor SDM di Indonesia yang masih merupakan tantangan khusus dalam proses digital ini.” 

Terkait digital talent ini, Firlie menunjukkan sebuah data Kata Data Insight Center dan Kementerian Infokom yang menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih berada di level 3,49 pada tahun 2021, dengan kategori sedang. 

“Dibandingkan dengan indeks literasi nasional 2020 tidak ada peningkatan signifikan dari segi literasi SDM digital di Indonesia. Jadi ini harus menjadi perhatian yang harus kita address bersama-sama.” 

Menghadapi berbagai tantangan tersebut ada sejumlah solusi yang ditawarkan, antara lain perlunya koneksi internet yang lebih cepat dan langsung melalui kabel bawah laut yang sementara ini sedang digarap oleh beberapa deeptecth di Amerika dan negara lain yang menghubungkan Indonesia dengan dataran Amerika langsung tanpa ada hub di tengahnya. 

“Ini akan memberikan kecepatan koneksi kepada Indonesia dan dapat melakukan beberapa hal.” 

Solusi lainnya adalah pembangunan midlle miles, infrastruktur ICT maupun komunikasi yang sangat penting karena mencakup beberapa komponen, seperti cloud computing, data center dan sistem keamanan. Solusi selanjutnya adalah melengkapi last miles terutama di daerah 3T dan membangun pusat riset dan pengembangan (R&D). 

“Ini mengantisipasi digital talent yang sebelumnya saya sebutkan, dimana perlu dibangun pusat digital vokasi. Dan terpenting adalah juga mengenai technology transfer. Jadi dengan banyaknya tech companies masuk ke Indonesia perlu dilakukan suatu technology transfer sehingga SDM kita mampu untuk melakukan kegiatan technical atau present yang bersifat technical.”

Selain itu, dibutuhkan kehadiran peraturan dan regulasi yang stabil, misalnya dengan pembentukan UU pendukung yang responsif terhadap perkembangan industri. Untuk mewujudkan sebuah transformasi digital pada akhirnya diperlukan peran aktif setiap stakeholders.
“Saya ingin menekankan bahwa setiap stakeholders itu harus berperan, dimana regulators atau policy makers men-support di industri dan user juga support industri di tengahnya, sehingga transformasi digital ini bisa terwujud dengan baik di nasional dan daerah.”

Stategi transformasi digital pemerintahan Jokowi
Dwi Suroyo, dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjelaskan bahwa terdapat lima langkah percepatan digital, yang telah disampaikan presiden. Pertama adalah percepatan perluasan akses digital, kemudian penyiapan road map transformasi digital di sektor strategis. Ketiga percepatan integrasi pusat data dan nasional, kemudian penyiapan SDM talenta digital dan kelima penyiapan regulasi, skema pendanaan dan pembiayaan.
Selain itu, kebijakan dan arahan presiden terkait transformasi digital telah tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024, dimana pemerintah yang diamanatkan untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung transformasi digital. 

Dalam hal ini, pemerintah telah membangun jaringan 4G melalui proses inframing spektrum yang sudah ada. Hasilnya, saat ini sudah ada cakupan 4G di seluruh kota di Indonesia mencapai 82,3 persen. Selain itu, pemerintah juga membangun palapa ring untuk menghubungkan serat optik di setiap kota terhubung dengan serat optik yang saat ini cakupannya telah mencapai sekitar 93 persen. Kemudian juga menyiapkan akses infrastruktur di daerah yang berada di daerah non-komersial.

“1086 base transceiver station sudah tersedia perbatasan dan daerah tetangga, begitu juga akses internet sudah berada di sekolah-sekolah, fasilitas kesehatan dan kantoran. Kemudian membangun satelit nasional untuk akses internet di daerah terpencil, dimana 150 Gbps sudah tersedia, terdapat 140 ribu di seluruh negeri, yang akan bisa diakses internet.” 

Terkait dengan penyiapan SDM talenta digital, lanjut Dwi, kebutuhan era industri 4.0, sektor pendidikan dan pelatihan vokasi merupakan fasilitas yang sangat dibutuhkan dan penting, sehingga pemerintah fokus pada 3 lembaga vokasi, yaitu SMK, politeknik dan balai latihan kerja.

Sejumlah strategi yang dilakukan pemerintah. Pertama, mereformasi lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi, kemudian menyusun kurikulum bersama industri, dan selanjutnya melakukan training of trainer (ToT) yang difokuskan pada guru dan dosen. Strategi kedua, pengembangan berbagai standar kompetensi. Ketiga, membakukan model kerja sama sarana dan prasarana industri dengan menerapkan beberapa kerja sama dengan industri, kemudian mengoptimalkan keterbatasan keterlibatan industri.

Strategi keempat adalah membakukan mekanisme pemagangan dengan menetapkan template atau model peran dunia usaha dan kemudian ToT terhadap instruktur pemagangan. Kelima, terkait dengan strategi perbaikan pendidikan vokasi dengan meningkatkan pendanaan dan koordinasi.

 

Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (WANTIKNAS)
Untuk Informasi lebih lanjut, hubungi:
Desy Septiyani
Email    : desy.septiyani@wantiknas.go.id / desy.wantiknas@gmail.com
Public Relations Dewan TIK Nasional
Graha MR 21. Lt. 6. Jl. Menteng Raya No.21, Jakarta Pusat Telp/Fax: 021 – 39831983
 

Beri rating artikel ini:

https://github.com/igoshev/laravel-captcha

Berita Terbaru

Berita terbaru dari Wantiknas