Akselerasi Talenta Digital Indonesia di Era Next Normal

Jakarta – Era digital menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Selain kebutuhan infrastruktur TIK, sumber daya manusia atau talenta digital juga menjadi hal urgen dalam memenuhi kebutuhan industri. Dalam diskusi TIK-Talk#20 dengan tema Akselerasi Talenta Digital Indonesia di Era Next Normal, Anggota Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas), Zainal A Hasibuan menuturkan bahwa ada suatu pesan yang luar biasa baik di balik Covid-19 menuntut untuk segera mempercepat talenta digital atau adanya akselerasi talenta digital.

“Suatu pesan yang luar biasa baik, karena Covid-19 dan jika sebelumnya revolusi 4.0 yang mau tidak mau kita harus melakukan akselerasi talenta digital. Inilah masa depan yang terlalu jauh namun sudah ada di hadapan kita,” tuturnya saat membuka diskusi, Kamis (23/07) secara virtual.

Dikatakan pria yang akrab disapa Prof Ucok itu, terjadinya disruptif memberikan tantangan tersendiri bagaimana merumuskan bisnis model baru, bisnis proses baru, dan bisnis rule yang baru untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada. Selain itu, kondisi Indonesia yang memang beragam tentu menjadi suatu keunikan tersendiri dalam merumuskan talenta digital yang berguna di masyarakat dalam meningkatkan daya saing bangsa.

“Semakin kita perkuat rumusan-rumusan tersebut sehingga dapat berguna bagi stakeholder. Dengan keberagaman Indonesia, geografis yang luas, etnis yang bermacam-macam, banyak terjadi digital gap dan rendahnya literasi digital. Tentulah talenta digital yang kita rumuskan itu akan unik dibandingkan negara lain,” ungkapnya. 

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkominfo, Basuki Yusuf Iskandar menjelaskan kondisi supply dan demand SDM TIK di Indonesia yang memproyeksikan lulusan TIK di Indonesia berjumlah 431.899 orang pada tahun 2020, sedangkan kebutuhan industri terhadap tenaga kerja TIK sebanyak 323.662 orang. Angka kebutuhan tersebut hanya mempertimbangkan profesi dengan keterampilan menengah tinggi atau minimal level S1.

“Ya itu artinya standart makro yang kita keluarkan dan standar mikro yang dibutuhkan perusahaan tidak dipenuhi, adanya gap,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Ilmu Komputer, Universitas Indonesia Eko K Budiardjo, mengatakan ekosistem talenta digital yang terdiri 4 bagian, namun Eko menyoroti dan lebih fokus pada 2 ekosistem yaitu, profesi dan dunia usaha dunia industri (DUDI). Menurutnya, pada dunia usaha saat ini sangat berbeda dengan dunia usaha pada masa kemunculan startup seperti Go-Jek. Lain lagi dengan profesi yang saat ini tidak selalu menjadi seorang pegawai, namun bisa menjadi professional, talenta, freelancer, atau wirausaha. 

“Dunia usaha dunia industri yang kita lihat dilakukan oleh milenial dan Gen Z mereka banyak membangun startup tetapi saat ini eranya berbeda. Jika dulu pada masa bakar-bakar uang untuk menaikan nilai perusahaan. Akan tetapi saat ini lebih ke arah real, bagaimana kita mendapatkan revenue dari apa yang kita lakukan yang memiliki talenta dan kesempatan, maka mereka akan bisa masuk mengerjakan dan membangun startup,” ujarnya. 

Di sisi lain, Ketua Wantikda Kota Batam, Donal Pangihutan menunjukan bahwa Kota Batam memiliki potensi yang cukup baik sebagai Digital Hub mulai dari infrastruktur yang 92% menjadi jalur data internasional, konten terdiri dari robotic, cloud, IoT, pendidikan, pariwisata hingga marketplace, regluasi adanya SPBE dan MPP PTSP, dan terpenting adalah talenta digital.

“Kita membutuhkan Batam sebagai digital hub, dan saya membagi 4 di sini menjadi satu kesatuan yaitu infrastruktur, konten, regulasi dan paling utama digital talent,” ujarnya. 

Beri rating artikel ini:

https://github.com/igoshev/laravel-captcha

Berita Terbaru

Berita terbaru dari Wantiknas